Minggu, April 28, 2024
Google search engine
BerandaPOLHUKAMPolitikSURVEI SMRC: MASYARAKAT BELUM TOLERAN

SURVEI SMRC: MASYARAKAT BELUM TOLERAN

Siaran Pers 3
SAIFUL MUJANI RESEARCH AND CONSULTING (SMRC)

Kabupaten Ende, 1 Juni 2022

Hasil survei terbaru Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menemukan masyarakat Indonesia belum toleran. Demikian salah satu temuan survei SMRC bertajuk ‘Sikap Publik terhadap Pancasila dalam rangka Konsolidasi Sistem Politik Indonesia’ yang dirilis di Taman Renungan Bung Karno, Kabupaten Ende, pada Rabu 1 Juni 2022.

Video utuh rilis suvei SMRC dalam rangka acara peringatan Hari Lahir Pancasila itu bisa disimak di sini: https://youtu.be/KOSRbao7T4I

Pendiri SMRC, Prof. Saiful Mujani, dalam presentasinya menyatakan bahwa secara umum tingkat toleransi publik dalam skala 0-100 adalah 49,1.

Saiful menjelaskan bahwa dalam penelitian ini toleransi diukur dalam tiga wilayah yang menjadi hak setiap warga negara: tempat tinggal, menjadi guru di sekolah negeri, dan menjadi pejabat pemerintah. Penelitian ini menunjukkan bahwa yang paling tidak ditoleransi adalah Komunis, kemudian ISIS, selanjutnya LGBT, dan kemudian ateis.

Yang paling ditoleransi adalah orang Islam, orang Papua, orang Kristen atau Katolik.

Dalam hal tempat tinggal, ada 77 persen warga yang menyatakan keberatan jika ada warga yang berlatar belakang komunis atau PKI menjadi tetangga mereka. Yang keberatan pada ISIS sebesar 72 persen, LGBT 68 persen, ateis 57 persen, dan Yahudi 51 persen.

Sementara intoleransi untuk menjadi guru di sekolah negeri, tertinggi pada orang yang berlatar belakang komunis atau PKI (81 persen). Kemudian LGBT (77 persen), ISIS (77 persen), ateis (67 persen), dan Yahudi (57 persen).

Dalam hal menjadi pejabat pemerintah, keberatan warga terbesar pada orang yang berlatar belakang komunis (83 persen). Selanjutnya ISIS (78 persen), LGBT (78 persen), ateis (71 persen), dan Yahudi (51 persen).

Saiful menjelaskan bahwa secara umum masyarakat terbelah antara yang toleran dan tidak toleran. “Toleransi yang kurang kuat ini melekat di dalam nilai-nilai yang merupakan satu tafsiran pada sila-sila Pancasila yang tidak cukup inklusif terhadap spektrum yang luas dari keragaman pandangan dan orientasi politik, dan identitas sosial,” papar Saiful.

Toleransi masih dibatasi hanya pada kelompok-kelompok tertentu, dan tidak terbuka bagi manusia atau warga negara yang misalnya berpaham komunis, Islamis, ateis, atau yang beridentitas LGBT dan Yahudi.

Lebih jauh Saiful menjelaskna bahwa intoleransi pada Komunis pada tingkat individu ini cerminan dari fakta bahwa negara memang melarang paham dan orang berpaham komunis. Sementara ISIS tidak ditoleransi juga cerminan dari perilaku ISIS yang mengerikan selama ini sebagaimana diekspos di media massa.

LGBT, menurut Saiful, adalah identitas sosial yang sampai hari ini memunculkan polemik di masyarakat, dan sering diyakini bertentangan dengan sila pertama Pancasila. Demikian juga ateis. Tapi ateis tidak sekuat LGBT misalnya dalam perbincangan di publik.

Saiful menduga bahwa intoleransi pada Yahudi mungkin dikaitkan dengan Israel yang menduduki wilayah Palestina dan terus menerus konflik dengan Palestina. Selama ini Indonesia tidak mengakui Israel. Juga fakta bahwa Yahudi adalah salah satu agama besar di dunia yang tak diakui secara resmi di Indonesia. Tidak seperti Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu.

Kalau melihat tingkat toleransi secara umum yang rendah ini, Saiful menyimpulkan bahwa basis sosial dan kultural bagi demokrasi Indonesia lemah.

“Mungkin Indonesia sulit memajukan demokrasinya hingga melewati batas demokrasi elektoral karena sebagian warganya tidak toleran, tidak menerima kesamaan hak-hak warganya karena beda identitas sosial, keyakinan, atau pandangan politiknya,” ungkap Saiful.

Survei ini dilakukan pada 10-17 Mei 2022. Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah Berusia 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan. Dari populasi itu dipilih secara random (stratified multistage random sampling) 1220 responden. Response rate (responden yang dapat diwawancarai secara valid) sebesar 1060 atau 87%. Sebanyak 1060 responden ini yang dianalisis. Margin of error survei dengan ukuran sampel tersebut diperkirakan sebesar ± 3,07% pada tingkat kepercayaan 95% (asumsi simple random sampling).

–AKHIR SIARAN PERS–

RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments