Sabtu, Juli 27, 2024
Google search engine
BerandaVIEWSKolomDerita dan Kematian Kristus sebagai Satu-satunya Jalan Pembebasan

Derita dan Kematian Kristus sebagai Satu-satunya Jalan Pembebasan

Oleh : Pdt. Frans Nahak

Renungan Jumat Agung 2024 (Yohanes 19 : 28-42)

Pasti kita semua ingat slogan ini, “Mengatasi Masalah Tanpa Masalah”. Siapa pemilik slogan ini? Pegadaian! Slogan ini sering dilontarkan di kalangan masyarakat diakibatkan banyak orang yang melakukan transaksi di pegadaian namun ujungnya tidak mampu melunasi gadaian. Akhirnya tidak bisa tebus gadaiannya. Kemudian barang yang digadai menjadi milik perusahaan. Itulah yang menjadi masalah.

Secara dogmatis, setelah manusia jatuh dalam dosa manusia tidak mampu menolong dirinya untuk keluar dari dosa. Berbagai upaya dilakukan oleh manusia, baik melalui ritual keagamaan, melakukan kebaikan, dst. Tujuan-Nya untuk menebus kesalahan dan memperoleh selamat baik untuk hidup ini maupun di akhirat. Dalam Perjanjian Lama untuk tebus dosa darah binatang menjadi tebusan. Para penganut agama suku (sampai sekarang sebagai besar yang telah beragama Kristen) di Amanuban melaksanakan ritus hanikit (mendinginkan) dan sanut maputu (menurunkan panas) menggunakan darah binatang dan air (dalam air yang mengalir).

Kebaktian Jumat Agung kita mendengar Firman Tuhan tentang penyaliban Yesus sampai Ia mati di kayu salib. Peristiwa ini dialami oleh Yesus untuk tebus manusia dari dosa. Masalah dosa diatasi oleh Allah melalui anak-Nya tanpa masalah bagi manusia. Manusia menerima dengan gratis.

Selama di kayu salib, orang banyak tak henti-hentinya mengejek dan mengolok-olok Yesus. Biasanya di pengadilan terdakwa diejek-ejek dan diolok-olok, namun setelah dieksekusi semua orang meninggalkannya. Namun terhadap Yesus, sampai dieksekusi diolok dan hinaan terus datang kepada-Nya. Ia direndahkan amat sangat. Ada beberapa kelompok orang hadir di bukit itu, yakni pertama, Maria ibu Yesus serta perempuan lain dan murid-murid Yesus. Kedua para imam dan orang-orang Yahudi, mereka ada mulai Yesus ditangkap, diadili, sampai disalibkan. Mereka adalah para pelaku juga penonton. Ketiga, para prajurit yang siap menjalankan perintah. Keempat, kedua penjahat yang bersama-sama dengan Yesus disalibkan.

Selama tiga jam kegelapan meliputi seluruh bumi. Istilah yang digunakan adalah “pasan teen geen” yang artinya bahwa seluruh bumi mengalami kegelapan. Ada beberapa perkataan yang diucapkan Yesus di atas kayu salib. Dalam renungan saat ini hanya dua perkataan, yaitu “Aku haus” dan ”sudah selesai”. Oleh karena itu fokus renungan kita pada dua perkataan ini.

Yesus mengalami penderitaan yang hebat. Penderitaan Yesus sangat dahsyat dan mengerikan, sehingga tak tertahan lagi oleh-Nya. Kita membayangkan, penderitaan yang Yesus alami mulai dari jam 9 pagi (Mrk. 15:25) sampai jam 3 sore ( Mrk. 15:34). Bukan hanya itu saja, Ia mengalami penderitaan sejak ditangkap di taman Getsemani. Dia berjuang dengan kesakitan yang tiada tanding-Nya, keringat dan darah-Nya terus menetes melalui luka-luka cambuk yang ada di seluruh tubuh-Nya. Sehingga Organ-organ dalam tubuh tidak lagi berfungsi, otak tidak lagi berfungsi, saluran pencernaan tidak lancar, pernapasan tersendat-sendat, dan lain sebagainya. Di atas kayu salib Yesus memandang kepada para prajurit di sekeliling dan berkata: “Aku haus”. Seorang prajurit berlari mengambil bunga karang, dicelupkan dalam anggur asam, dicucuhkannya pada sebatang hisop, lalu diunjukkannya ke mulut Yesus.

Hisop biasa digunakan untuk memercikkan darah korban persembahan dalam Perayaan Paskah. Yesus menjadi anak domba Paskah. Ritual penyucian terjadi bukit Golgota. Bukan di mezbah atau dalam gedung namun di bukit. Ia meminum anggur asam itu.

Menurut tradisi, minuman anggur asam diberikan kepada seseorang yang mau dihukum mati bukan karena belas kasihan, malahan dimaksudkan untuk menambah penderitaan. Ini adalah suatu kebiasaan di zaman dahulu kala. Kalau seorang yang disiksa sangat haus dan minta minum, sering kali dia diberi minuman campuran empedu dan anggur asam. Rasanya pahit bercampur masam, sehingga menambah penderitaan. Bahkan luka-luka bekas penyesahan digosok pula dengan campuran anggur asam dan empedu itu. Rasanya sangat perih. Mungkin sekali prajurit-prajurit bermaksud mau menyiksa Yesus sehingga mereka menyiapkan minuman itu. Minuman itu bukan menyegarkan, malahan menyiksa. Dengan memberi-Nya minuman anggur asam itu, maka digenapi Mzm. 69:22: “mereka memberi aku makan racun, dan pada waktu aku haus, mereka memberi aku minum anggur asam”. Dalam ayat ini pun anggur asam bukan berarti minuman yang menyegarkan, tetapi menambah rasa sakit.

Kemudian Ia berkata “sudah selesai”. Dalam bahasa Yunani: “tetelestai” (ay. 30). Merupakan bentuk kata kerja yang berarti sudah diakhiri. Misalnya, suatu pekerjaan sudah dicapai, tujuan sudah dilaksanakan, sudah digenapi hukum-hukum, sudah diselesaikan suatu perkara dan sudah dibereskan hutangnya. Bentuk kata kerja mutlak, tanpa menambahkan pertanyaan, apa yang telah selesai. Maka kita dapat menerjemahkan dengan mengatakan: selesai sudah, beres! Artinya: segala sesuatu telah selesai; semuanya sudah “beres”. Dia telah menyucikan manusia dari dosa dan telah memperdamaikan manusia dengan Bapa-Nya di surga. Tugas dari Bapa-Nya telah dikerjakan, sudah beres. Selesai, manusia yang tadinya di hadapan kursi pengadilan Allah untuk dihukum mati diganti oleh Yesus sehingga sekarang diberi grasi (Latinnya “gratia”), artinya manusia hidup semata-mata karena gratia atau rahmat Allah. Yesus mengerjakan tugas yang diberikan oleh Bapa-Nya sampai tuntas. Kalau kita masih dibangku sekolah setelah habis ulangan atau ujian, betapa senangnya kita. Yesus mengatakan bahwa “sudah selesai” dengan suara kemenangan.

Hari itu adalah hari persiapan Sabat Paskah, ini bukan sabat harian (Sabtu) melainkan sabat besar (megale hemera) artinya hari yang agung. Menurut hukum Taurat tidak boleh ada mayat yang tergantung jadi harus diturunkan. Jika belum ada yang mati, dipatahkan kakinya untuk mempercepat kematiannya (Ul. 21:22-23). Seorang prajurit menikam lambung Yesus dengan tombak dan yang keluar adalah darah dan air. Dua unsur yang keluar dari tubuh Yesus yakni darah untuk penebusan, pengampunan dan air untuk kehidupan umat manusia.

Mayat Yesus diturunkan. Yusuf seorang kaya dari Arimatea yang telah menjadi murid Yesus menghadap Pilatus untuk diperbolehkan menguburkan mayat Yesus. Juga Nikodemus seorang imam membawa campuran minyak mur dan gaharu. Mereka melakukan penguburan menurut tradisi Yahudi. Yesus dikuburkan dalam kuburan baru. Allah turut bekerja dengan memakai orang-orang yang tidak tampil di depan untuk mengurus segala sesuatu bagi kebaikan.

POKOK-POKOK RENUNGAN

Pertama, ketika manusia jatuh dalam dosa manusia diperbudak oleh dosa, manusia tidak mampu untuk menebus dirinya, hanya Allah yang mampu menebusnya, yaitu dengan darah Anak-Nya (I Pet. 1:18-19). Penebusan selesai, “mengatasi masalah tanpa masalah”. Yesus mengatakan sudah selesai agar kita bebas. Hutang dosa telah dibayar lunas oleh Allah. Oleh karena itu, jangan lagi kita menggadaikan diri ini untuk menjadi budak karena kita telah ditebus dengan harga yang mahal. Dosa memperbudak manusia. Kawan saya yang suka main judi bersaksi, “pak, saya main judi kalah sampai jual semua harta, kemudian berjanji untuk bertobat, tapi sulit untuk bertobat. Ada judi di mana saya harus ikut bermain, walaupun hutang.” Cerita yang sama oleh kawan saya yang sulit melepaskan diri dari minuman beralkohol. Juga kawan yang mengalami ketergantungan terhadap narkoba. Itulah contoh manusia diperbudak oleh dosa.

Kita telah dilunasi dengan harga yang mahal. Oleh karena itu, iman Kristen itu mahal, bukan murahan. Harganya adalah darah pengorbanan. Maka dengan demikian, harga diri kita mahal. Jangan “menjual diri” kepada manusia yang “hidung belang” atau untuk kenikmatan sesaat.

Kedua, banyak orang yang “haus” membutuhkan pertolongan kita. Haus dalam artian miskin, haus akan keadilan dan kebenaran, haus karena kehilangan harga diri, haus karena kurang perhatian, dan lain sebagainya. Darah dan air yang mengalir dari lambung Yesus menebus dan memberi kehidupan. Merayakan Jumat Agung, Anda dan saya hadir membawa kelepasan, kesegaran dan kehidupan bagi mereka yang membutuhkan tanpa menuntut upah karena kita telah menerima keselamatan dengan gratis. Anda dan saya melayani “mengatasi masalah tanpa masalah”. Pelayanan kita tidak menghadirkan masalah melainkan menyelesaikan masalah.

Ketiga, memandang kepada Yesus yang tersalib dengan penyesalan dan pertobatan. Perayaan Jumat Agung kita diingatkan bahwa ada pengampunan bagi setiap orang yang bertobat dan memandang kepada salib Yesus di Golgota (ay. 37). Injil-Injil mencatat bahwa kepala prajurit melihat mati-Nya Yesus, ia menyesal dan mengaku bahwa Yesus adalah Anak Allah (Mar. 15:41; Luk. 23:47; Mat. 27:54). Orang-orang yang menonton pulang dari Golgota sambil memukul-mukul diri tanda penyesalan. Di perayaan Jumat Agung kita datang kepada-Nya dengan penyesalan dan kembali dengan pertobatan.

Keempat, merayakan Jumat Agung kita diingatkan seperti Yusuf dari Arimatea dan Nekodemus yang mempersembahkan apa yang ada pada mereka untuk kebaikan. Mungkin kita tidak tampil di depan seperti murid-murid, namun kita melayani dengan cara kita masing-masing. Juga ada perempuan-perempuan yang setia mengikut Yesus sampai di bukit Golgota. Mereka adalah pelayan-pelayan yang tak banyak bicara, mereka di belakang, di dapur, namun mereka mengorbankan waktu dan tenaga untuk Tuhan.

Kelima, pengorbanan Yesus menggantikan persembahan darah binatang (domba, babi, kambing, ayam ). Ritual hanikin dan sanut maputu yang menggunakan darah binatang untuk menurunkan panas tidak lagi berfungsi. Darah Yesus telah mendinginkan semuanya. Hidup kita menjadi persembahan kepada Tuhan. Persembahan yang Anda dan saya bawa ke gereja adalah tanda syukur kepada Tuhan.
Pelihara ternak untuk menyekolahkan anak dan kebutuhan hidup,dst..

Selamat merayakan Jumat Agung. Amin. FN.

sumber : Fb Frans Nahak II

RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments