Jumat, Juli 26, 2024
Google search engine
BerandaVIEWSKolomBERSAKSI DALAM PIMPINAN ROH KUDUS (KISAH PARA RASUL 2:1-21)

BERSAKSI DALAM PIMPINAN ROH KUDUS (KISAH PARA RASUL 2:1-21)

oleh : Pdt.Frans Nahak

Seandainya para Murid tidak menerima Roh Kudus, tentu mereka tidak mampu bersaksi dalam banyak bahasa (Kis. 2:4). Orang-orang di sekitar mereka juga tidak mungkin mampu mengerti kata-kata yang diucapkan oleh para murid. Tanpa Roh Kudus, mereka tidak berdaya, bekerja, berkarya di tengah dunia. Mereka hanya mampu melakukan karya nyata bersama Roh Kudus. Daya Roh Kudus yang diterima para murid bekerja mulai dari dalam hidup masing-masing murid.

Kisah Para Rasul menghadirkan Roh Kudus sebagai tokoh utama. Roh Kudus yang pada hari Pentakosta, bukan hanya merupakan peristiwa yang secara kronologis menyusul peristiwa kenaikan Tuhan Yesus ke sorga, melainkan peristiwa merupakan pemenuhan janji Bapa, sebagaimana telah dinyatakan oleh Tuhan Yesus (Lukas 24:49) dan diberitakan oleh nabi Yoel (ay. 15 — 21). Pencurahan Roh Kudus bertepatan dengan hari raya Pentakosta orang Yahudi.

Pentakosta merupakan peringatan keagamaan orang Yahudi. Secara harafiah, Pentakosta berarti hari kelima puluh. Memang hari itu adalah hari ke- 50 setelah Paskah. Perayaan hari besar keagamaan menjadikan banyak orang berkumpul untuk merayakan bersama. Pusat perayaan adalah Yerusalem. Orang-orang Yahudi dari berbagai tempat berkumpul di Yerusalem memperingati peristiwa pemberian Taurat kepada Musa di Gunung Sinai dan merayakan ucap syukur atas awal penuaian panen gandum. (ay. 1). Peristiwa ini menyiratkan dimulainya suatu zaman baru, zaman Roh Kudus. Era lama nubuatan diganti dengan era baru pemenuhan.

Apakah Roh Kudus bekerja hanya pada peristiwa yang terjadi di hari Pentakosta? Tidak. Pada hakikatnya Roh Kudus sudah bekerja sejak penciptaan dunia (Kej. 1:1-2), pada zaman bangsa Israel (misalnya: Hakim-hakim 3:10; 1 Samuel 18:12;Yesaya 40:7), pada zaman Yesus (misalnya: Lukas 1:35; Lukas 3:22; Lukas 4:16-21; Lukas 11:14-23). Setelah Tuhan Yesus naik ke sorga, Roh Kudus bekerja lebih dominan dalam memimpin kehidupan persekutuan pengikut Tuhan Yesus.

Turunnya Roh Kudus pada hari Pentakosta menandai dimulainya zaman dominasi pimpinan Roh Kudus atas kehidupan persekutuan pengikut Kristus. Dalam pimpinan Roh Kudus, semua pengikut Kristus bukan hanya orang-orang tertentu dalam persekutuan pengikut Kristus menjalankan perutusannya sebagai saksi, melainkan semua orang percaya menjadi saksi Kristus (ayat 4, 17, 18).

Di peristiwa turunnya Roh Kudus pada hari Pentakosta, ditandai dengan turunnya bunyi seperti tiupan angin keras memenuhi seluruh rumah tempat orang-orang percaya berkumpul dan lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada semua orang percaya yang berkumpul (ay. 3, 4). Angin adalah gambaran yang secara umum dipahami terkait dengan Roh (Ibr: ruakh, Yun: pneuma, keduanya menunjuk pada angin, api, nafas, dan jiwa). Itulah sebabnya, gambaran dilanjutkan dengan lidah api yang menyala (ay 3). Gejala ini menandai hadirnya kuasa Roh Kudus yang tidak kelihatan namun tandanya kelihatan. Pekerjaan Roh Kudus kelihatan. Roh inilah yang memampukan orang-orang percaya dapat menjalankan perutusannya, memberitakan perbuatan-perbuatan Allah yang besar kepada orang-orang yang ada di sekitarnya dengan bahasa yang dapat dimengerti oleh mereka yang mendengarkannya (ay. 4 — 11).

Dalam kisah ini, bahasa yang mereka gunakan adalah bahasa manusia yang membuat mereka mengerti “tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah. Artinya, kuasa Roh yang ditunjukkan Kisah Para Rasul adalah kuasa yang mengatasi kemandekan komunikasi.

Secara eksplisit disebutkan bahwa para rasul adalah orang-orang Galilea (ay 7). Penyebutan Galilea untuk memberikan penekanan bahwa para rasul adalah orang yang dianggap tidak berpendidikan, terbelakang. Hal itulah yang membuat mereka bertanya, mengapa orang-orang ini bisa bahasa “dunia”? Karya Roh menjadi jelas. Melalui Roh penghambat bahasa dipatahkan. Melalui Roh Kudus yang tidak mungkin menjadi mungkin. Itulah sebabnya, cerita turunnya Roh Kudus kerap disebut antitesis dari cerita menara Babil (Kej 11).

Cerita turunnya Roh Kudus dalam Kisah Para Rasul adalah cerita bagaimana kuasa Roh mampu melintasi batas bahasa di antara manusia. Peristiwa turunnya Roh Kudus justru ditandai dengan bahasa manusia, bukan bahasa malaikat, juga bukan bahasa roh yang orang tidak mengerti. Hal ini bukan berarti tidak ada keajaiban dalam peristiwa Pentakosta. Keajaibannya justru karena ragam bahasa itu diucapkan oleh orang-orang Galilea (ay 7) sehingga orang yang ada mengerti.

Dalam Alkitab dituturkan bahwa mereka yang hadir dalam peristiwa Pentakosta adalah orang-orang yang berasal dari berbagai negara, yaitu: Partia, Media, Elam, Mesopotamia, Yudea, Kapadokia, Pontus, Asia, Frigia, Pamfilia, Mesir, Libia, Roma, Kreta, Arab — baik orang Yahudi maupun bangsa-bangsa lain penganut agama Yahudi (ay 9-11). Dari cerita ini tampaklah bahwa bahasa-bahasa diucapkan para murid adalah bahasa-bahasa manusia yang dapat dimengerti oleh orang lain.
Turunnya Roh Kudus, membuka selubung kotak-kotak yang menguasai manusia. Semua di mata Tuhan sama, setara, dan dipanggil untuk membangun kehidupan bersama yang lebih baik. Jadi, ketika kita dikuasai Roh Kudus, yang tampak adalah pada penghargaan terhadap orang lain, siapa pun mereka.

POKOK-POKOK RENUNGAN

Pertama, bersaksi dalam pimpinan Roh Kudus, berarti apa yang Anda dengan saya sampaikan dimengerti oleh pendengar. Mengerti karena menggunakan bahasa yang dimengerti. Seorang pendeta, penatua, diaken, pengajar, aktivis gereja ketika berkhotbah pendengar mengerti. Seorang guru mengajar murid mengerti, orang tua berbicara anak mengerti, dst. Hal itu terlihat ketika mereka dipenuhi oleh Roh Kudus, mereka bersaksi orang-orang mengerti. Jadi kalau Anda dan saya berbicara orang tidak mengerti berarti….?????????

Kedua, Roh Kudus memakai semua orang percaya untuk menjadi saksi tanpa memandang latarbelakang pendidikan, status sosial, kedudukan, jabatan, suku, etnis dan gender. Hal itu terlihat dalam cerita ini. Sebutan kepada muri-murid orang Galilea penekanan pada rasul-rasul yang tidak berpendidikan, tertinggal, kampungan, dst. Jadi untuk menjadi saksi tidak hanya kita yang sekolah teologia, jabatan pendeta, penatua, diaken, pengajar, guru, dosen, dst., namun Tuhan bisa memakai siapa saja. Anda dengan saya yang tidak berpendidikan tinggi, tinggal di kampung, Tuhan juga memakai untuk bersaksi kepada orang lain.

Ketiga, bersaksi dalam pimpinan Roh Kudus melintasi batas budaya di antara manusia. Itu artinya bahwa ketika kita diutus di daerah mana saja, bahasa apa saja, kita bisa bersaksi menggunakan bahasa setempat. Bersaksi dalam pimpinan Roh Kudus, kita disampukkan untuk mengerti bahasa setempat, mengetahui pergumulan mereka, dst. Jadi jangan takut ketika Anda dan saya diutus ke sana karena ada Roh Kudus yang memampukan kita.

Keempat, bersaksi dalam pimpinan Roh Kudus, maka kita semua setara, perempuan dan laki-laki, kecil dan besar, kaya dan miskin, yang berpendidikan dan yang tidak berpendidikan, budaya A tidak lebih sempurna dari budaya B, dst. Oleh karena itu, kesaksian kita memberi penghargaan kepada orang yang berbeda dengan kita, bukan merendahkan orang lain dengan budayanya, lalu menganggap kita yang paling unggul dan baik. Jika kesaksian Anda dengan saya merendahkan orang lain dan budaya maka Anda dan saya tidak dituntun oleh Roh Kudus tetapi roh lain.

Kelima, bersaksi dalam pimpinan Roh Kudus, jika kita memberi diri kita dipimpin oleh Roh Kudus. Amin.

Pdt. FN. sek. Mengucapkan Selamat Merayakan Pentakosta.

sumber : FB Frans Nahak

Artikulli paraprak
Artikulli tjetër
RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments