Di balik awan gelap nan pekat, selalu ada harapan akan datangnya fajar yang akan membawa terang. Begitu juga harapan sebagian besar rakyat Indonesia.
Seperti hari-hari ini, ketika awan gelap menyelimuti kehidupan ekonomi dan politik bangsa ini. Ketimpangan ekonomi sangat ekstrim: 1 persen orang terkaya Indonesia menguasai 50 persen aset nasional (TNPK,2019).
Wajah-wajah lesu pekerja yang dihisap kebijakan upah murah dan kondisi kerja yang buruk. Juga kecemasan orang tua dan anak muda akan masa depan karena ketidakpastian pekerjaan dan ketiadaan jaminan sosial.
Sementara kehidupan politik menyuguhkan kenyataan yang tak kalah pahitnya. Korupsi merajalalela tak mengenal jeda. Elit berkuasa sibuk memastikan istri dan anaknya menjadi pewaris takhta. Dan konflik elit yang tak jauh-jauh dari perebutan jabatan politik.
Namun, di balik awan gelap pekat itu, ada fajar harapan yang tengah mencari jalan untuk terbit: lahirnya sebuah alat politik baru yang ingin mengubah wajah Indonesia yang timpang agar lebih berkeadilan sosial.
Alat politik itu bernama Partai Rakyat Adil Makmur, disingkat PRIMA. Partai baru ini tengah berjibaku untuk menyiapkan syarat-syarat yang dikehendaki UU Pemilu agar bisa berpartisipasi di Pemilu 2024.
Lahir Karena Tuntutan Keadaan
Tak terpungkiri, PRIMA lahir sebagai reaksi atas keadaan ekonomi politik. Di satu sisi, ada problem ketimpangan ekonomi yang sangat parah. Di sisi lain, lembaga politik yang ada, terutama partai, tidak hadir untuk menyuarakan keresahan terhadap persoalan ketimpangan itu.
“PRIMA lahir di saat demokrasi, persatuan nasional, keadilan dan kesejahteraan dibajak oleh oligarki,” kata Ketua Umum Partai Rakyat Demokratik (PRD), Agus Jabo Priyono, saat berbincang dengan berdikarionline.com, Selasa (9/3/2021).
Saat ini, Agus Jabo, demikian sapaan akrabnya, ditunjuk sebagai Ketua Umum partai baru itu. Dia juga yang digadang-gadang sebagai Calon Presiden alternatif dari partai ini.
Di kalangan aktivis pergerakan, nama Agus Jabo tentu tak asing lagi. Dia pernah aktif di Pelajar Islam Indonesia (PII). Lalu, setelah kuliah di Universitas Negeri Sebelas Maret Solo (UNS), dia terlibat pergerakan mahasiswa untuk menentang rezim Orde Baru.
Puncaknya, pada 1996, dia dan kawan-kawannya mendirikan Partai Rakyat Demokratik (PRD), partai yang paling gigih menentang kediktatoran Orba kala itu.
Tahun 2019 lalu, kisah hidup dan jalan panjang perjuangannya dihadirkan lewat novel sejarah berjudul “Lelaki di Tengah Hujan”, yang ditulis oleh penulis merangkap sejarawan, Wenri Wanhar.
Pendirian PRIMA memang tak lepas dari inisiatif PRD sebagai motor utamanya, juga sejumlah organisasi sosial dan beberapa individu yang mewakili beragam organisasi politik dan profesi.
“Kita semua berkumpul, organisasi maupun individu yang merindukan Indonesia menjadi negara yang bersatu dan demokratis, tidak hanya demokrasi politik tetapi juga demokrasi ekonomi, adil dan makmur,” ujarnya.
Nama PRIMA, yang menekankan adil dan makmur, berangkat dari keprihatinan terhadap situasi ekonomi dan sosial yang sangat timpang.
Selain itu, PRIMA juga mengacu pada kondisi kesehatan yang prima. Tidak sakit-sakitan. Sebuah antitesa terhadap situasi Indonesia hari ini yang dianggap sakit-sakitan.
“Dengan semangat dan kekuatan prima, menuju Indonesia prima,” tegas Agus Jabo.
Oiya, PRIMA sudah mendapat pengakuan sebagai partai politik yang sah oleh Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia. Tinggal selangkah lagi, yakni verifikasi KPU, partai ini akan mewarnai Pemilu 2024.
Partai Kaum 99 Persen
Dalam sebuah dokumen proposal politik yang berjudul “Jalan Kita: Indonesia Adil dan Makmur”, PRIMA menyoroti problem ketimpangan ekonomi di Indonesia.
“Ketimpangan dan kemiskinan lahir dari rahim yang sama: sistem ekonomi dan politik yang menyebabkan kekayaan dan sumber daya tidak terdistribusi secara adil. Di satu sisi, segelintir orang atau kaum 1 persen menguasai sumber daya. Di sisi lain, orang banyak atau kaum 99 persen berebut potongan kecil dari kue ekonomi,” demikian tertulis di dokumen itu.
Dengan pembacaan terang-benderang seperti itu, PRIMA ingin menghadirkan diri sebagai partai yang ingin mengoreksi ketimpangan. Tentu saja, agar aspirasi keadilan sosial itu punya pijakan yang kuat, partai akan menargetkan rakyat banyak atau kaum 99 persen sebagai basis sosialnya.
Kami partai popular, yang mewakili kaum nasionalis, religius dan kerayatan. Itulah realitas politik Indonesia,” jelas Agus Jabo.
Selain itu, partai ini akan memijakkan dasar dan arah perjuangannya pada Pancasila. Bagi Agus Jabo, Pancasila merupakan jawaban atas berbagai persoalan kebangsaan yang ada hari ini.
Tentu saja, sebagai gagasan yang populer, sekalipun kadang hanya dijadikan lip-service oleh elit, Pancasila masih berterima kuat di masyarakat.
Karena itu, bagi Agus Jabo, gagasan Pancasila hanya perlu dimenangkan, agar menjadi norma utama yang mewarnai berbagai kebijakan politik, perilaku penyelenggara negara, maupun tata-hidup bermasyarakat.
Menerobos Tantangan
Agus Jabo dan segenap pengurus PRIMA menyadari betapa beratnya perjuangan yang mereka bakal lalui. Mulai dari menyelesaikan persyaratan yang dituntut oleh UU Pemilu agar bisa berkiprah di Pemilu 2024 hingga menembus ambang batas parlemen (parliamentary treshold).
Namun, melihat dukungan struktur dan sambutan positif banyak pihak, Agus Jabo sangat optimis partai akan bisa ikut serta di Pemilu 2024 dan bisa menempatkan banyak kadernya di parlemen.
“PRIMA sudah siap, unsur dalam PRIMA adalah unsur-unsur yang memiliki struktur, jaringan dan basis yang cukup kuat untuk berdiri sebagai parpol peserta pemilu yang akan datang,” ujarnya.
Selain itu, agar bisa menarik garis diferensiasi dengan partai-partai arus utama, selain menawarkan gagasan-gagasan politik yang lebih segar, PRIMA juga akan menawarkan kebaruan cara-cara berpolitik.
Sebagai misal, sebagian besar juru bicara partai ini akan diisi oleh anak-anak muda. Selain itu, partai ini akan membuka ruang bagi terwujudnya kesetaraan gender. Karena itu, selain menempatkan banyak perempuan di kepengurusannya, jubir-jubirnya juga banyak perempuan.
PRIMA sadar betul, lebih dari separuh (53 persen) pemilih Indonesia di pemilu 2024 adalah generasi muda (gen Y dan Z). Mereka merupakan penentu politik Indonesia dalam beberapa tahun ke depan.
“Kita ada slogan, PRIMA, primadonanya anak muda Indonesia, primadonanya Bangsa Indonesia,” ungkap Agus Jabo.
PRIMA juga akan punya perhatian khusus pada pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Merekalah tulang-punggung ekonomi Indonesia. Mereka mewakili 99,99 persen dari keseluruhan unit usaha yang ada di Negeri ini, lalu menyerap 97 persen tenaga kerja, dan berkontribusi 57,8 persen pada Produk Domestik Bruto (PDB).
Indonesia Adil dan Makmur
Demi mewujudkan visi besarnya, yaitu masyarakat adil dan makmur, PRIMA mengusung sejumlah program sebagaimana tercantum di proposal politiknya.
PRIMA akan mengusung program pajak yang berkeadilan. Artinya, mereka yang berpenghasilan lebih sedikit akan membayar pajak lebih kecil. Sebaliknya, mereka yang berpenghasilan lebih banyak akan membayar pajak lebih besar.
“Kami akan merombak skema pajak penghasilan agar lebih berkeadilan. Juga akan memberlakukan pajak kekayaan,” kata Jubir DPP PRIMA, Farhan Dalimunthe.
Selain itu, lanjut Farhan, partainya akan menseriusi upaya mendorong industrialisasi nasional. Agar ekonomi Indonesia bertopang pada industrialisasi. Agar seluruh rakyat Indonesia bisa bekerja di sektor produktif.
“Tak ada lagi ekspor bahan mentah, semua harus melalui industri pengolahan. Kita akan membuat peta jalan industrialisasi nasional,” ujarnya.
Selain itu, PRIMA juga akan membangkitkan kembali pertanian Indonesia agar keluar dari kerangkeng involusi.
“Tentu saja, kita perlu memastikan akses petani terhadap faktor-faktor produksi, dari soal tanah, permodalan, hingga dukungan teknologi,” kata Jubir Prima dari sektor petani, Ahmad Rifai.
Menurut Rifai, PRIMA akan memperjuangkan kebijakan yang memajukan sektor pertanian, tempat 36 juta rakyat Indonesia menggantungkan hidupnya.
PRIMA juga berbicara soal pemajuan UMKM dan pengembangan koperasi. Apalagi, sejumlah pelaku UMKM dan koperasi sudah bergabung di partai ini.
Secara politik, PRIMA akan memperjuangkan pemerintah bersih dan demokratis. Pemerintahan bersih akan bertumpu pada pencegahan korupsi tepat di hulu, lewat meritokrasi, penyusunan anggaran yang partisipatif, dan penyelenggaraan birokrasi yang terbuka dan transparan.
PRIMA juga akan fokus untuk memajukan sumber daya manusia (SDM), sebagai landasan pacu untuk mengejar kemajuan ekonomi dan sosial. Untuk itu, PRIMA akan mendorong Negara untuk berinvestasi lebih besar untuk pendidikan, layanan kesehatan, dan jaminan sosial.
Terakhir, PRIMA berkomitmen untuk memperjuangkan kesetaraan gender. Sebab, tanpa kesetaraan gender, tak ada kesetaraan dan keadilan sosial.
“Program ini tentu masih sangat umum. Insyah Allah, setelah urusan verifikasi selesai, program itu akan kita detailkan dan konkretkan,” kata Agus Jabo.
Selamat berjuang, PRIMA!
KUSNO