Kamis, Mei 2, 2024
Google search engine
BerandaVIEWSKolomHIDUP SEBAGAI ALAT KEBENARAN-NYA (Roma 6:1-14)

HIDUP SEBAGAI ALAT KEBENARAN-NYA (Roma 6:1-14)

RENUNGAN PASKAH

oleh : Pdt.Frans Nahak

Kita hidup di negara demokrasi yang menjamin kebebasan berpendapat. UUD 1945 pasal 28 E telah menjamin kepada warga negara untuk berhak meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap sesuai hati nurani. Ini adalah jaminan konstitusi terhadap kebebasan berpendapat. Namun kelompok maupun individu tertentu memanfaatkan alasan “kebebasan” untuk melakukan berbagai aksi yang tidak sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat bahkan sampai kepada pelanggaran hukum. Kita menyaksikan demo-demo yang berakhir dengan tindakan anarkis. Media sosial digunakan untuk memfitnah, menyebarkan berita hoax, menebar ketakutan, dll. Kebebasan adalah buah dari kemerdekaan bangsa ini. Bangsa ini sudah merdeka “dari” namun banyak anak bangsa yang tidak mengerti merdeka “untuk”.

Hari ini kita merayakan Paskah, kebangkitan Kristus telah memerdekakan kita dari dari kematian akibat dosa.
Surat Roma adalah hasil buah pemikiran Rasul Paulus. Ia menulis surat ini supaya jemaat tidak menyalahgunakan kasih karunia dan hidup dalam kekudusan. Pasal 6 ini merupakan bagian dari pengajaran yang penting dalam kitab Roma, di dalamnya yang berisi teguran dari rasul Paulus kepada jemaat di Roma.

Ayat 1-2, 7, 12,14, jika kita baca ayat-ayat ini, Paulus berbicara tentang kematian Kristus untuk dosa manusia sehingga manusia berani menolak dosa. Paulus memulai dengan pertanyaan: jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu?” artinya, mari kita berbuat dosa saja atau tak masalah berbuat dosa karena pasti ada pengampunan. Ada dua pertanyaan yang menunjukkan tentang kasih karunia dan bertekun dalam dosa. Pertanyaan tersebut dipakai oleh Paulus untuk menegur orang-orang yang berada di Roma supaya tidak menyalahgunakan kasih karunia yang diberikan oleh Allah. Bagi Paulus, kasih karunia itu sebenarnya membuat manusia hidup dalam kekudusan.
Penekanan rasul Paulus semakin diperjelas di ayat 2, “sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya?” Manusia yang telah mati bagi dosa artinya sudah diputuskan dalam hubungan dosa. Kematian Yesus secara tubuh adalah kematian kita. Karena kata “mati” memiliki arti tidak dapat hidup kembali, artinya bahwa manusia yang sudah dibenarkan oleh Allah wajib untuk memutuskan hubungannya dengan dosa tersebut dan memulai hidup baru bersama-sama dengan dalam Kristus Yesus.
Namun tidak hanya sampai kepada kematian namun Kristus sudah bangkit, hari ini kita merayakannya. Kebangkitan Kristus adalah kebangkitan kita. Orang sudah bangkit bersama Kristus tidak tunduk kepada dosa. Memang manusia memiliki tubuh yang fana yang membuat dosa masih mempunyai kesempatan untuk menyerang orang percaya, namun orang yang telah merdeka tidak diharuskan membiarkan dosa berkuasa atas hidup (ay. 14).

Ayat 3-4, Paulus berbicara tentang dibaptiskan dalam kematian Kristus. Kematian adalah lambang baptisan yang kita terima, baik itu baptis selam atau percik. Jika kita telah dibaptiskan, maka kita telah dikubur bersama-sama dengan Dia. Sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru. Paulus menekankan bahwa baptisan adalah suatu jalan untuk masuk ke dalam persatuan dengan Kristus. Baptisan menyatukan dalam kematian serta kebangkitan bersama dengan Yesus.

Ayat 5-6, 8, Paulus berbicara tentang kebangkitan Kristus memberi hidup baru. “Sebab jika kita telah menjadi satu dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan kebangkitan-Nya.” Maka dengan demikian dalam iman, orang percaya hidup menjadi baru dengan Dia, yakni percaya kepada Allah dan mengandalkan Allah sepenuhnya. Percaya yang dimaksud adalah keyakinan yang mendasar kepada Allah. Keyakinan yang tidak tergoyahkan oleh berbagai ajaran yang menjauhkan orang percaya dari Kristus. Bagi Paulus, orang yang telah hidup baru memiliki wawasan yang baru dan prinsip iman serta penguasaan diri.

Ayat 9-13, Paulus berbicara tentang hanya sekali Kristus mati bagi umat manusia dan hidup bagi Allah. Hidup bagi Allah dengan menyerahkan anggota-anggota tubuh bagi Allah. Kristus tidak mati lagi, maut tidak berkuasa atas Dia. Sebab kematian-Nya adalah kematian terhadap dosa, satu kali untuk selama-lamanya dan kehidupan-Nya adalah kehidupan bagi Allah.” Frasa yang mengatakan “karena kita tahu” menjelaskan alasan manusia harus dimerdekakan bersama dengan Kristus dan akan hidup bersama-sama dengan Kristus selamanya. Kematian Yesus tidak dilakukan melebihi dari satu kali. Oleh karena itu manusia harus memiliki komitmen hidup. Allah menjadi prioritas dalam segala tindakannya. Ayat 13 “Dan jangianlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup.

POKOK-POKOK RENUNGAN

Pertama, Paskah adalah peristiwa iman bahwa Allah telah memerdekakan Anda dan saya. Merdeka artinya kita lepas atau bebas penjajah atau kendali. Karena itu, jangan menggunakan kemerdekaan/kebebasan itu untuk hidup dalam kejahatan. Jangan bilang, “berbuat dosa saja, nanti baru kita memohon ampun. Melanggar saja nanti ada pengampunan.” Jika kita mengatakan demikian, maka kita mempermainkan pengorbanan Kristus. Bukankah Yesus pernah berkata kepada perempuan yang berzina itu, “pergi dan jangan berbuat dosa lagi!” Kasih dan keadilan Allah seperti dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan.
Kita hidup di negara demokrasi, kebebasan terbuka selebar-lebarnya melalui media massa, media sosial, dll., Silakan berekspresi, mengritik, menunjukkan kreativitas, berkarya, dst. Tetapi jangan gunakan kebebasan untuk menyebarkan hoax, fitnah, menebar kebencian, menebar ketakutan, dll., Karena apabila kita menggunakan kesempatan tersebut untuk melakukan hal-hal yang demikian, kita menyia-yiakan kasih karunia Allah. Ada keadilan Allah bagi mereka yang menggunakan kebebasan untuk hal-hal berlawanan dengan hukum. Miris, kalau kita memperhatikan di media akhir-akhir ini, manusia tak membedakan mana kritikan dan mana fitnah dan hujatan kepada seseorang. Kemudian si korban menuntut keadilan dan melaporkan ke pihak yang berwajib untuk diproses lalu dikatakan bahwa negara membungkam kebebasan berpendapat. Padahal kita salah mengisi kemerdekaan. Yesus telah bangkit untuk memerdekakan kita, mari kita mengisi kemerdekaan dengan menjadi alat kebenaran. Mengisi ruang-ruang media sosial, FB, WA, instagram, IG, dll., dengan berita dan informasi yang baik dan benar.
Perayaan Paskah tahun ini kita diingatkan oleh Firman Tuhan untuk menggunakan kebebasan melakukan hal-hal yang berguna dan menjadi berkat bagi sesama. Tema Paskah tahun ini hidup sebagai alat kebenaran-Nya.

Kedua, kebangkitan Kristus memampukan kita untuk “melawan” dosa dalam diri kita, yang hendak merusak persekutuan sebagai orang percaya, hidup berbangsa dan bernegara. Dosa membuat kita terpecah-pecah baik sebagai sesama orang percaya maupun sebagai anak bangsa. Paulus dalam surat-suratnya sering menyebut dosa sebagai keinginan daging. Untuk melawan keinginan daging tersebut, maka dengan memberi diri dipimpin oleh Roh Kudus, karena dengan demikian kehadiran kita akan menampakkan buah-buah roh.
Kebangkitan Kristus juga memampukan kita untuk berjuang “melawan” kuasa-kuasa, kekuasaan, yang merusak dan membunuh kehidupan. Kuasa itu ada dalam struktur budaya, keputusan, kebijakan, dll. Entah dalam masyarakat, pemerintah bahkan gereja. Dengan terang Paskah kita dimampukan untuk melihat kuasa-kuasa dosa tersebut. Kristus Sang fajar Paskah memampukan kita untuk melawan kuasa-kuasa merusak dan membunuh kehidupan.

Ketiga, kematian dan kebangkitan Kristus merupakan makna dari sakramen baptisan, oleh karena itu jangan mempermainkan baptisan. Entah cara baptis Anda selam dan saya percik, kita telah mati dan bangkit dengan Kristus. Kristus telah memerdekakan kita semua. Karena itu, makna Paskah bukan berarti kebebasan menafsir ayat-ayat Alkitab untuk diperdebatkan, mencari pembenaran kemudian mempersalahkan yang lain. Paskah kita disatukan dalam kebangkitan untuk menjadi alat di tangan melayani satu dengan yang lain dalam semangat pembebasan.

Keempat, merayakan Paskah berarti merayakan hidup baru dalam ungkapan syukur kepada Allah. Hidup baru biasanya dirayakan dengan syukur. Orang Meto selalu mensyukuri sesuatu yang baru. Misalnya, kebun baru, jagung baru, beli barang baru, anak baru bawa ke gereja, masuk rumah baru, dst. Dalam perayaan Paskah, kita mensyukuri dan berkomitmen hidup baru dalam pertobatan. Amin. FN.

Majelis dan Jemaat Paulus Taebone, Klasis Amanuban Timur mengucapkan selamat merayakan Paskah buat semua umat Tuhan. (

RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments