Kamis, November 21, 2024
Google search engine
BerandaVIEWSKolomYesus Berdoa di Taman Getsemani (Markus 14:32-42)

Yesus Berdoa di Taman Getsemani (Markus 14:32-42)

oleh : Pdt.Semuel Victor Nitti

Yesus telah menjalani sebuah perjalanan misi penyelamatan yang luar biasa. Dan kini Ia berada di ujung jalan misi-Nya. Dan justru ujung jalan inilah yang paling berat dan menentukan sukses tidaknya misi-Nya sebagai Mesias yang mesti memberikan nyawa-Nya sebagai penebusan bagi manusia (Mark 10:45). Pada ujung jalan yang amat terjal inilah Yesus seorang diri, sebab sekali pun murid-murid dekat dengan-Nya, namun mereka tertidur, walau Ia meminta mereka berjaga-jaga, bukan pertama-tama untuk mendukung Yesus, melainkan supaya mereka jangan jatuh dalam pencobaan (14:38).

Dalam kesendirian itulah Yesus berjuang dengan diri-Nya, antara gentar menghadapi ujung jalan misi yang paling berat dan kesetiaan pada misi yang Bapa-Nya embankan kepada-Nya. Di taman itulah Ia mencari untuk tetap menyatukan kehendak-Nya dengan kehendak Bapa-Nya. Ya, Yesus takut dan gentar, namun rasa takut itu tidak mematahkan kesetiaan-Nya kepada Bapa-Nya, yaitu kasih yang mengharuskan-Nya untuk terus menunaikan misi penyelamatan manusia.Ya, Yesus takut dan gentar, namun rasa takut itu tidak mematahkan komitmen-Nya untuk mewujudkan belas kasih Bapa bagi manusia.

Di situ, di taman itu, di saat yang menggetarkan dan menakutkan itu, IA sudah selesai memadukan kehendak-Nya dengan kehendak Bapa-Nya. Dalam keterpaduan kehendak-Nya dengan kehendak Bapa-Nya itulah maka Ia siap menapaki jalan yang paling berat itu, sebagai jalan memenuhi kehendak Bapa. Di situ, di taman itu, Ia menemukan kekuatan untuk menerima dengan tenang perlakuan kasar dari para pemimpin agama Yahudi, para prajurit Romawi, dan massa yang mengejek-Nya, tanpa amarah ….. sebab Ia tahu bahwa mereka sesungguhnya tidak apa yang mereka perbuat.

Di situ, di taman itu, Ia sudah menemukan kepastian sehingga Ia memikul salib-Nya dengan pasti, walau tertatih-tatih, menuju penyaliban dan kematian-Nya, sebab Ia tahu bahwa dengan cara itulah setiap orang yang percaya kepada-Nya dan berseru kepada Dia yang tersalib itu akan selamat. Maka Ia berkata kepada seorang penjahat di sebelah kanan-Nya: “… hari ini engkau bersama-sama dengan Aku di Firdaus.” (Lukas 23:43).

Di situ, di taman itu, Ia memperoleh kepastian bahwa Ia hanya akan menjadi Penyelamat bagi manusia, kalau Ia tuntas memikul kutuk Allah bagi manusia sampai mati, ditinggalkan oleh Bapa-Nya…. namun akan dibangkitkan sebagai pemenang ia membebaskan manusia dari kutuk Bapa-Nya dan menerima rahmat keselamatan. Maka Ia tidak tergoda oleh tantangan para pengejek-Nya untuk turun dari salib barulah mereka percaya pada-Nya. Ia tahu, bahwa ujung jalan itu bukanlah saat untuk pamer kuasa. Ia membiarkan diri-Nya seakan – akan kalah total, namun sesungguh-Nya dengan kelihatan kalah Ia sedang memperjuangkan kemenangan kuasa Allah, kuasa kasih yang menyelamatkan manusia.

Dan dengan mati ternyata Ia menang melalui kebangkitan-Nya. Itulah sebabnya Paulus mencatat madah gereja mula-mula yang mengagungkan kasih, setia dan ketaatan Yesus dengan kata-kata: “…. telah mengosongkan diri-Nya sendiri dan mengambil rupa seorang hamba, menjadi sama dengan manusia …. Ia merendahkan diri dan taat sampai mati, bahkan SAMPAI MATI DI KAYU SALIB.” (Filipi 2: 7,8).Semua itu ditentukan di taman itu, ketika Ia takut dan gentar, seperti mau mati rasanya (Markus 14:34).

Dia inilah yang berkata kepada kita: ” Mereka yang setia memikul salibnya sampai ke akhir (ujung jalan) akan selamat.Salam dari Oebufu !

RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments