Sabtu, Juli 27, 2024
Google search engine

PENGAKUAN

Oleh: Pdt.Semuel Victor Nitti

Di hadapan Allah dan jemaat-Nya, saya mengaku dan percaya bahwa Allah telah memanggil saya melalui gereja-Nya, …. sebagai pendeta dalam Gereja Masehi Injili di Timor ……

Saya mendengar pengakuan ini diucapkan oleh 16 calon pendeta yang ditahbiskan oleh gereja (=GMIT) ke dalam jabatan pelayanan selaku pendeta, di Jemaat Moria Nenuk, Amfoang Selatan, pada hari, Minggu, 7 Agustus 2022. Saat mendengar pengakuan ini, saya mengingat sebuah peristiwa dalam lingkungan GMIT pada tahun delapan-puluhan menuju tahun sembilan-puluhan. Ada seorang pendeta GMIT, yang juga mengucapkan pengakuan ini, pada waktu ditahbiskan pada tahun enampuluhan, abad lalu, yang entah atas dorongan apa, ia tiba pada keyakinan bahwa kependetaannya adalah pemberian Kristus, Sang Kepala gereja, tanpa melalui gereja (=GMIT). Kehadirannya di Jemaat, tempat ia sedang melayani pun, adalah karena ditempatkan oleh Kristus, bukan oleh Majelis Sinode, atas nama GMIT. Karena itu ia menolak untuk patuh pada keputusan Majelis Sinode untuk dimutasikan ke Jemaat lain. Tentu saja hal ini menggemparkan.

Kegemparan itu melahirkan aneka sikap warga gereja (=GMIT). Ada yang menyayangkan sikap tersebut sebagai kecerobohan. Ada yang menganggap sikap itu sebagai kebodohan. Ada yang menganggap sikap itu tepat, karena gereja adalah milik Kristus, dan Dialah yang berhak memanggil seseorang menjadi pendeta. Ada yang bingung.

Ada warga GMIT yang iseng bertemu pendeta tersebut dan mengajukan beberapa pertanyaan sebagai wujud kebingungannya: (1) Apakah anda belajar di Sekolah Teologi yang rektornya adalah Tuhan Yesus dan Surat Tamat (=ijazah) anda ditanda-tangani oleh Tuhan Yesus sebagai Rektor ?
(2) Apakah Tuhan Yesus menempatkan anda dan menanda-tangani Surat Penempatan sebagai Vicaris di Jemaat ?
(3) Apakah Tuhan Yesus mengadakan percakapan evaluasi dengan anda dan memutuskan bahwa anda patut ditahbis menjadi pendeta?
(4)Apakah Tuhan Yesus menempatkan anda dengan menanda-tangani SK penempatan sebagai pendeta di Jemaat tempat anda bertugas sekarang ? Juga penempatan dan mutasi sebelumnya ?

Pendeta itu menjawab: “Kau gila. Kau pikir jika bukan Tuhan Yesus yang panggil dan paksa saya, maka saya mau jadi pendeta ? Tidak ! Saya tidak bercita-cita untuk jadi pendeta, karena saya punya pilihan lain. Tetapi Tuhan Yesus memaksa saya, sama seperti nabi Amos, nabi Yunus, nabi Yeremia dan banyak nabi lainnya. Atau apakah kau pikir rasul Petrus, rasul Yohanes dan Rasul Paulus serta rasul-rasul lainnya diangkat dan ditempatkan oleh gereja dengan Surat Keputusan gereja yang ditanda-tangani oleh Ketua Sinode? Tidak ! Tetapi mereka melayani. Saya pun demikian! Sang penanya iseng yang bingung itu pulang dengan lebih bingung lagi !!!

Beberapa bulan berjalan dan dipenuhi dengan percakapan antara pendeta dengan berbagai pihak, juga dengan pimpinan GMIT di Klasis dan Majelis Sinode. Sejumlah warga GMIT di jemaat itu, termasuk si bingung-iseng yang pernah bertemu dan mengajukan empat pertanyaan iseng itu pun, membentuk sebuah Tim Suka-rela. Mereka berbagi kebingungan, dan akhirnya mereka merumuskan empat pokok kesimpulan dari percakapan yang berlangsung selama beberapa bulan pada berbagai aras menggereja, sbb:

(1) Waktu pendeta tiba di sini 9 tahun lalu ia menunjukkan Surat Keputusan Penempatan yang ditanda-tangani oleh Ketua dan Sekretaris Majelis Sinode, bukan oleh Tuhan Yesus. Dalam Surat Keputusan itu pendeta ditetapkan sebagai Ketua Majelis Jemaat dengan sejumlah hak, kewenangan, tanggungjawab dan kewajiban.
(2) Selama 9 tahun kita menghormati dan mentaati kepemimpinan pendeta karena hak legal yang diberikan oleh GMIT.
(3) Jika pada waktu terakhir ini pendeta yakin bahwa bukan GMIT yang menempatkan beliau di Jemaat ini, maka pendeta kehilangan hak untuk tinggal di pastori GMIT, kehilangan hak untuk memimpin sebagai Ketua Majelis Jemaat GMIT, dan segala hak lainnya gugur dengan sendirinya,, karena pernyataannya itu.
(4) Karena itu jika pendeta tetap mempergunakan hak-hak yang ditetapkan oleh GMIT baginya, maka penggunaan itu adalah tidak sah. Hak-hak yang ia pakai sehubungan dengan harta milik GMIT dan keuangan GMIT harus dipandang sebagai penggelapan harta GMIT, sebab beliau menempatkan dirinya sebagai “bukan pendeta GMIT”.

Tim Suka-rela itu menyerahkan kesimpulan mereka kepada pendeta. Sesudah membaca kesimpulan itu, pendeta, selaku Ketua Majelis Jemaat, memanggil Rapat Majelis Jemaat. Namun rapat batal dilaksanakan karena jumlah kehadiran tidak mencapai qorum, terutama karena banyak anggota yang takut ikut terlibat sebagai penatua dan diaken yang melawan ketentuan gereja. Selanjutnya warga jemaat mulai terpcah-pecah dan banyak yang tidak lagi menghadiri kebaktian minggu. Kekacauan lainnya ikut muncul.

Akhirnya pendeta bersedia mengakui bahwa ia adalah Pendeta GMIT, yang hidup, melayani dan berbakti kepada Tuhan Yesus, melalui dan di dalam GMIT, dengan taat pada ketentuan-ketentuan GMIT yang berlaku baginya. Ia menerima mutasi dan dipensiunkan beberapa tahun kemudian karena mencapai usia pensiun.

Saya rasa dinamika ketaatan seorang pendeta GMIT kepada ketentuan GMIT dan kepada Kristus, perlu digumuli dan dipahami secara terus-menerus, secara teologis dan eklesiologis, agar kedua hal ini tidak dipertentangkan. Saya rasa juga adalah baik bahwa tiga wujud kepemimpinan GMIT sebagai Majelis Sinode, Majelis Klasis dan Majelis Jemaat, terus berteologi bersama demi terus merealisasikan kepemimpinan Kristus atas gereja-Nya (dhi: GMIT). Kita semua mengakui, bersama Calvin (kalau tidak salah ingat) bahwa, Gereja itu sekaligus kudus dan berdosa (saya tidak berani tulis kalimat asli dalam bahasa Latyn karena takut salah tulis). Maka dapat saja seseorang (seperti pendeta tua tersebut di atas), atau sekelompok orang (seperti pengurus atau majelis atau panitia), satu jemaat (seluruhnya bersama Majelis Jemaat), atau gereja seluruhnya jatuh dalam kesalahan, termasuk kesalahan dalam menghayati makna kehadiran diri dalam GMIT.

Secara teknis kadang-kadang pendeta bisa saja tanpa sadar hanya mengakui diirinya sebagai Pendeta dan bukan PENDETA GMIT, (mungkin lebih baik ditulis: pendeta GMIT), padahal ia ditahbis sebagai PENDETA GMIT dengan pengakuan yang menjadi judul tulisan ini. Selamat menjadi pendeta GMIT, khususnya untuk mereka yang ditabis pada, Minggu, 7 Agustus 2022 di Nenuk dan di Nggauk.

Salam dari Ito S (Emeritus pendeta GMIT) di Oebufu, yang bergembira karena GMIT merumuskan dan menetapkan dalam Tata GMIT dan Pokok-Pokok Eklesiologi GMIT bahwa GMIT adalah tubuh Kristus, yang mengakui kepemimpinan Kristus atas GMIT. Dan dalam pengkuan itu GMIT hadir, bersekutu, bersaksi, beribadah, melayani dan menatalayani untuk mewujudkan kepemimpinan dan pelayanan Kristus, kepada warga gereja dan warga bangsa, serta dunia dan lingkungan hidup. Dan bahwa pendeta GMIT adalah salah satu ujung tombak untuk maksud itu.

Sumber : Facebook Pdt Semuel Victor Nitti

RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments