Rabu, Mei 1, 2024
Google search engine
BerandaJURNALISME WARGABukan Orang BiasaPemimpin Bertangan Dingin itu Telah Pergi

Pemimpin Bertangan Dingin itu Telah Pergi

Hari ini jenazah Pdt Dr Aristarchus Soekarto akan dikremasi, setelah dua hari lalu nyanyian para malaikat menyambutnya ke dalam istirahat dalam kedamaian yang abadi.

Ah, satu lagi tokoh yang saya kagumi harus mendahului kita semua.

Sebagai seorang teolog, beliau memiliki konsep eklesiologi yang sangat kuat. Baginya gereja adalah sebuah komunitas dan olehnya, solidaritas harus sangat kuat mewarnainya. Sebagai sebuah komunitas, kehidupan yang saling berbagi harus melampaui struktur: dan di situlah Kristus hadir, di situlah perjumpaan dengan Kristus terjadi.

Maka misinya adalah ketika manusia memiliki derajat yang semakin meningkat, karena sebagai gereja, orang-orang yang ada di dalamnya saling berbagi untuk semakin berdaya dan menemukan wajah Allah.

Tapi beliau bukan pemimpi dalam berteologi, karena beliau juga pemimpin yang sesungguhnya. Sejalan dengan eklesiologinya yang kuat itu, beliau dengan keberanian penuh dan keteguhan hati merombak struktur kantor sinode GKMI, membongkar dan menghilangkan departementasi yang “Dia mengembalikan semua menjadi gereja, bukan struktur organisasi yang diperkuat”, kenang Pdt Timotius Adhi Dharma, Sekum GKMI. “Dan dia satu-satunya pendeta yang melakukan itu, ketika itu”, lanjutnya. Maka jemaat dan para pimpinan di aras lokal dan wilayah yanh diberdayakan ketimbang memperkuat struktur di sinode.

Dengan sentuhan dan pendekatannya kini GKMI memiliki dana kesejahtetaan dan dana pensiun, yang menjadi warisannya. Para pendeta di desa dan di jemaat kecil, kalau sakit, siapa yang tanggung? Demikian pergumulannya, kira-kira, ketika di 2004 beliau didapuk menjadi Ketua Sinode GKMI.

Perombakan struktur di kantor sinode pulalah yang melahirkan MDS (Menonite Diakoni Service) sebuah lembaga fenomenal dan sangat tangguh dalam pelayanan diakonal.

Sebelum menjadi Ketua Sinode GKMI, beliau pula yang didapuk menjadi Rektor UKDW Yogyakarta, di tengah masa sulit UKDW ketika itu, baik menyangkut penampilan maupun keadaan keuangan. Di tangannya, UKDW berubah total dari yang sebelumnya banyak mengandalkan dana luar negeri menjadi universitas yang mandiri.

Dan ketika sudah tak menjabat Ketua Sinode GKMI, beliau pun didapuk lagi menjadi Rektor UKRIDA di Jakarta. Lagi-lagi beliau menunjukkan kepiawaiannya sebagai manager bertangan dingin. Di tangannya selama dua periode, UKRIDA berkembang pesat hingga memiliki kampus di tiga lokasi dan dua rumah sakit.

Hidupnya memang menjadi berkat dan memberkti. Dan beliau begitu dekat dengan semua orang, termasuk dengan para mahasiswanya.

Saya yang tak begitu banyak bersentuhan dengannya, oleh karena jarak usia yang lumayan jauh, merasakan betul kehangatan persaudaraannya. Keramah-tamahan dan perhatiannya yang luar biasa, di setiap kali perjumpaan, sangat berkesan di hati.

Beberapa kali hadir bersama dalam seminar atau persidangan, saya menyaksikan keseriusan dan ketekunannya mengikuti acara demi acara, di tengah kesibukannya yang luar biasa.

Beliau seolah hendak berucap, hidup itu adalah persaudaraan dan berbagi. Dan itu semua mewujud dalam tindakannya. Karena yang dikerjakannya sungguh-sungguh sejalan dengan semua yang dikotbahkan dan diajarkannya.

Beliau sunggh-sungguh merubah kata-kata menjadi tindakan, seturut dengan berita Injil: Firman itu telah menubuh.

(ditulis oleh Gomar Gultom dilaman FBnya pada tanggal 10 Februari 2021)

RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments