PRESS RELEASE
Jakarta, 16 Desember 2023 – Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta mengalami kekerasan fisik yang disebabkan oleh satpam
kampus dalam aksi protes mereka terhadap ketidaktransparan penyelenggaraan
Pemilihan Mahasiswa (Pemilwa) di kampus, pada hari Jumat, 15 Desember 2023.
Aksi protes yang dilakukan oleh mahasiswa, termasuk Dewan Eksekutif Mahasiswa
UIN Jakarta, Serikat Mahasiswa Bertindak, dan beberapa perwakilan mahasiswa dari
berbagai fakultas, adalah respons terhadap dugaan manipulasi dan gangguan yang
terjadi dalam proses Pemilwa.
Menurut informasi yang diambil dari sosial media Instagram LPM Institute, dari 47 calon Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS), 30 diantaranya dinyatakan aklamasi, sedangkan dari 11 calon Dewan Mahasiswa
(Dema) Fakultas, 8 diantaranya juga aklamasi.
Mahasiswa menyatakan bahwa penyelenggara pemilwa, khususnya KPM dan BPPM, diduga banyak menggagalkan berkas karena adanya intervensi dari pihak eksternal yang tidak terkait dengan penyelenggaraan. Sejumlah mahasiswa juga mengkritik pemilwa sebagai bukan pesta demokrasi, melainkan pesta aklamasi.
Aksi protes yang dimulai dari siang hari berlangsung damai, namun malam harinya
menjadi ricuh ketika sekelompok mahasiswa dari luar kampus mengaku ingin menyelamatkan teman mereka yang disandera. Menurut korban, keamanan kampus bersikap represif dan arogan, mengusir mahasiswa dari kampus dengan kekerasan.
Dalam insiden tersebut, empat mahasiswa dilaporkan menjadi korban kekerasan fisik.
Salah satu korban, Syahrul, menyaksikan aksi semena-mena dari satpam yang
bahkan membawa benda tumpul untuk memukuli mahasiswa. “Saat itu saya ingin
melerai pertikaian antara dosen dan satpam di lobi tarbiyah tapi malah menjadi bulan bulanan oleh pihak keamanan,” ujar Syahrul.
Ia dan rekan-rekannya kini telah dibawa
ke rumah sakit untuk perawatan dan berencana menindaklanjuti kejadian tersebut melalui jalur hukum.
Dari kronologi yang diperoleh, satpam diduga mendapatkan instruksi dari pimpinan
untuk menjaga kampus, sebagai respons atas aksi mahasiswa sebelumnya yang menahan mobil dinas Rektorat guna meminta klarifikasi rektor terkait tuntutan transparansi Pemilwa. Pasca-insiden, wakil rektor 2 dan 3 melakukan mediasi di polsek, namun korban menolak dan memilih melanjutkan prosedur secara hukum.
Malam harinya, mobil polisi turut mengamankan situasi sekitar kampus, menunjukkan intensitas ketegangan yang tinggi. Mahasiswa bersikeras untuk terus menuntut keadilan dan transparansi, sambil mengecam kekerasan yang mereka alami sebagai bentuk pelanggaran hak asasi manusia. Mahasiswa juga menyatakan bahwa mereka akan tetap memperjuangkan hak-hak mereka melalui jalur hukum dan mendesak pihak berwenang untuk menyelidiki insiden tersebut dengan serius.