Taklale.Com-Kupang, Pengembangan Inisiatif Advokasi Rakyat (PIAR) NTT menggelar sosialisasi Penanggulangan Dampak Covid 19 melalui Revitalisasi Desa Wisata Inklusi di Aula Kantor Lurah Lai Lai Besi Kopan (LLBK), Kota Kupang, Selasa (5/4) 2022.
Sosialisasi ini dihadiri 35 Warga Kelurahan LLBK yang terdiri dari Kelompok Inklusi perempuan miskin, lanjut usia (lansia) dan disabilitas, staf Kelurahan LLBK, UMKM serta beberapa RT dan RW, Rohaniwan.
Direktur PIAR NTT, Ir. Sarah Lery Mboeik dalam sambutannya memperkenalkan PIAR sebagai sebuah organisasi non pemerintah yang bekerja untuk issue anti korupsi dan hak asasi manusia (HAM) berdiri sejak tahun 1996. Sarah mengemukakan Covid 19 telah menimbulkan dampak yang buruk bagi kehidupan ekonomi masyarakat terutama kelompok inklusi di masyarakat. Hanya saja kata penerima Yap Thiam Hien Award ini tidak dibangun mekanisme respon Covid 19 saling simpati dan berempati tetapi saling menghakimi. “Ada yang mengatakan kenapa mau bajalan. Padahal tidak ada orang yang mau jalan pi cari penyakit,” ujar Sarah dengan dielek Kupang agar penjelasannya mudah diterima peserta sosialisasi.
Ada contoh respon Covid 19 yang baik pada warga LLBK saat pihaknya melakukan repeat assesment didapatkan testimoni warga yang mampu ketika mereka mendapatkan bantuan mereka menolaknya dan meminta mengutamakan warga yang lebih membutuhkan. Ini sebuah solidaritas yang baik. Saat Covid 19 ungkapnya, banyak jualan mama, opa opa yang tidak laku karena tidak ada warga yang keluar berbelanja, daya beli juga terbatas. Menurut dia, salah satu dari pencapaian program ini kelompok kelompok inklusi ini bisa menjual barang dagangannya secara on line. Untuk maksud tersebut tambah Sarah pihaknya akan memberi penguatan kapasitas dengan pelatihan peltihan dengan pelatih orang orang yang mampu di bidangnya. Untuk mendukung program ini lanjutnya ia telah beraudiensi dengan Bank NTT dan beberapa BUMN lainnya dimana mereka berkomitmen melatih, memotivasi bahkan memberikan bantuan pinjaman dengan bunga ringan sesuai syarat syarat yang ada asalkan masyarakat membentuk kelompok “Ada bantuan kalau ada forum atau kelompok,” tegas Sarah.
Sementara itu, Perwakilan Swara Parangpuan, Damaris Monteiro-Tnunay saat memberikan sambutan mengemukakan projek ini merupakan kerjasama antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Australia, Kementrian Luar Negeri dan Perdagangan. Damaris meminta kepada peserta sosialisasi untuk menangkap peluang ini karena tidak semua kelurahan mendapat peluang ini. Ditambahkan Indonesia pada Tahun 2015 lalu, Indonesia menandatangani sebuah dokumen yang namanya SDGS (Sustainable Development Goals/Pembangunan berkelanjutan), dimana tidak ada satupun orang yang boleh ditinggalkan dalam perencanaan pembangunan. Karena itu, pada kesempatan ini ada lansia opa opa yang juga mengikuti sosialisasi. Selama ini anggapan di masyarakat sudah tua harus berdiam diri di rumah. “Program ini dari kita, oleh kita dan untuk kita,” ujarnya sembari menambahkan jika program ini berhasil akan direplikasi di tempat lain dan bapak, mama yang akan diundang sebagai pembicara dan bukan kita lagi.
Acara sosialisasi ini diawali dengan doa oleh Pdt. Adelfina Doko Hege, Ketua Majelis Jemaat GMIT Kota Kupang, dilanjutkan sambutan dan acara dibuka Lurah LLBK, Ayub Petra Bayang Mauta. Sementara yang mensosialisasi kegiatan ini nara sumber dari PIAR NTT, Zevan Aome, Gadrida memandu dan mencatat proses sosialisasi dan diskusi.(sumber : PIAR NTT)