Selasa, November 19, 2024
Google search engine
BerandaJURNALISME WARGABukan Orang BiasaIn Memoriam Trisno Sutanto (1963-2024)

In Memoriam Trisno Sutanto (1963-2024)

Untuk ikut kebaktian Paskah Jemaat pada jam 07.00-08.30, saya dan istri bangun jam 06.00. Saya sempat membuat ucapan selamat Paskah dengan lukisan He Qi, “He is Risen”, lalu kirim kepada beberapa grup keluarga, dan teman-teman.

Saat membuka grup PPTB PGI, WA Jacky Manuputty, Sekum PGI, mengejutkan: “Berita dukacita, sahabat kita Bung Trisno telah berpulang Jam 23.30 @RS antam Jl Pemuda.” Saya terhenyak dan memberitahu Ike, istri saya: “Trisno meninggal tengah malam tadi.” Kami tahu setelah rapat di Bogor minggu lalu, dia diopname. Saya kirimi lukisan Pieta Jerman dengan kutipan Yesata 53:5b. Kami larut dalam kesedihan, dengan sejumlah kenangan membayang mengenang almarhum Trisno Sutanto.

Kami mulai berkawan sejak tahun 1980-an dalam program tahunan “Seminar Agama-Agama” Litbang PGI, bersama sejumlah kawan, al. Martin Martin L Sinaga , Joas Adiprasetya, Patmono SK, dan murid-murid teologi Pak Olaf Schuman di bidang Islamologi, al. Suleman Manguling, Jamilin Sirait (alm), Darius Dubut, Yohanis Indu Panggalo, Lies Marantika , Eric Barus (alm), dll. Beberapa kali almarhum sempat ikut dalam program seminar atau konsultasi Oase Intim di Makassar.

Istri dan anak-anak saya mengenal almarhum ketika sempat bersama makan ikan bakar, salah satu kuliner kebanggaan kami di kota Anging Mamiri yang sangat disukainya. Pada tengah Januari lalu ketika hadiri SAA PGI di Makassar, sempat lagi bersama Trisno, Mbak Farha Ciciek, Asfina dan Anchu makan ikan di sebuah rumah makan. Anak-anak saya kemudian mengenal Trisno sebagai “Om Obelix”. Yang juga digemarinya dari Makassar adalah daging babi merah. Pernah dia pesan dan dia datang menjemputnya di GH STT Jl Proklamasi. Tetapi ketika menyeberang di Megaria (sekarang Metropole), ada orang berboncengan di sepeda motor merampas tas kresek berisi daging merahnya itu.

Ketika saya tinggal di Rantepao sebagai dosen tamu STAKN Toraja, kami mengundang Trisno bersama Mas Ulil, Martin Sinaga untuk suatu seminar (apa tahun 2007?). Saya berusaha sediakan pesanannya: tuak Toraja dari Sa’dan. Tuak ini harus “dijemput” di pasar subuh di Sa’dan (betapa dingin di Sa’dan pada jam 5 subuh!) Saya berhasil mendapat satu jeriken (lupa apa yang 20 atau 10 liter?) tuak yang dianggap terbaik di Toraja itu. Dan ketika bidang keuangan bertanya mengenai gelar akademis Trisno untuk menetukan besar honornya (almarhum menyebut honor “signifikansi”), kami, saya dan Pong Sundun (Suleman Manguling), sepakat menginformasikan bahwa beliau calon doktor di STF Driyarkara.

Sebelum SR PGI XV tahun 2009 di Mamasa (Sulawesi Barat) kami dengan sejumlah teman ikut dalam program Litbang PGI melakukan penelitian mengenai gereja-gereja, yang dipimpin peneliti senior dari Salatiga, Dr. Nico Kana.Untuk SR XVI PGI tahun 2014 di Gunung Sitoli, Nias, kami bersama-sama dalam Tim Kerja Revisi Dokumen Keesaan Gereja (DKG) PGI. Juga untuk revisi berikutnya, yang dipersiapkan untuk SR XVII PGI di Waingapu, Sumba Timur, kami berdua bersama Julianus Mojau, Ratnawati Lesawengen, Irene Umbu Lolo, Beril Huliselan dan Harley Pattianakotta menyiapkan revisinya.

Dalam revisi ini Trisno meyakinkan al. Pak Andreas Yewangoe untuk membedakan antara Pokok-pokok Panggilan dan Pokok-pokok Tugas dalam dokumen PTPB (Pokok-pokok Tugas Panggilan Bersama), sehingga menjadi PPTB (Pokok-pokok Panggilan dan Tugas Bersama). Panggilan lebih konseptual jangka panjang, sedangkan Tugas lebih praksis dan berjangka pendek. Dalam PPTB DKG 2019-2024 tampak jejak-jejak keprihatinan Trisno terhadap masalah-masalah sosial-ekologis, yang dihadapi gereja-gereja dan masyarakat Indonesia: krisis keesaan gereja, krisis kebangsaan Indonesia, krisis ekologi global, disrupsi teknologi digital

Menjelang SR XVIII PGI bulan November 2024 di Rantepao, Tana Toraja, lagi-lagi kami terlibat dengan kawan-kawan dari generasi yang lebih muda menyiapkan DKG PGI untuk periode kepengurusan PGI mendatang, 2024-2029.

Saya mendorong perubahan PPTB dari format tri-panggilan gereja (koinonia, marturia dan diakonia) ke perluasan pada aspek-aspek panggilan gereja di bidang pendidikan iman (didache), peribadahan (leitourgia) dan penatalayanan (oikonomia), tetapi Trisno menyatakan gereja-gereja umumnya lebih mudah menerima dan memahami format tri-panggilan itu.

Dalam pelaksanaan revisi, Tim DKG dibagi atas Tim PPTB dan Tim PBIK. Kali ini untuk pertama kalinya selama 40 tahun (1984-1924) dokumen PBIK (Pemahaman Bersama Iman Kristen) dokumen ke-2 dalam DKG direvisi. Revisi dokumen doktrin ini disiapkan draft awalnya oleh Boksu Joas Adiprasetya dari STFT JAKARTA dan Ibu Pdt. Casthelia Kartiks dari STT Amanat Agung. Revisi PPTB dimotori Trisno Sutanto dan Ibu Pdt. Margie DeWanna.Pada tanggal 20-21 Maret 2024 lalu, dibawah koordinasi Sekretaris Eksekutif Komisi Keesaan dan Pembaruan Gereja (SE KPG) PGI, Pdt. Lenta Enni Simbolon , dan MPH PGI, berlangsung pertemuan kedua grup di Pondok Remaja PGI, Bogor. Agendanys untuk sinkronisasi kedua dokumen, penyempurnaan dokumen-dokumen lainnya (termasuk Tata Dasar PGI) dan persiapan untuk studi wilayah DKG (menginformasikan dan menjaring masukan penyempurnaan DKG). Pdt. Junifrius Gultom, dari STT Bethel Jakarta, salah seorang anggota tim, membuat foto dan mengunggahnya ke FBnya. Saya bertanya, kok saya tidak ada Bung? Beliau lalu mebuat foto saya yang kebetulan duduk bersama Trisno.

Di kesempatan itu saya sempat ngobrol beberapa hal dengan Trisno: kesehatan dengan keluhan beratnya bertambah setelah beberapa bulan terakhir belanja berdua istrinya, Evelyn Suleema, lalu masak sendiri makanan rumahan semi vegetarian; tentang putra semata wayangnya, yang sudah jadi dosen musik, dan juga diskusi teologi mengenai Injil Yohanes, yang dia dalami dengan membaca buku-buku teologi, al. oleh Raymond E. Brown, imam dan ahli Biblika Katolik ternama, atau Robert D. Kysar,

Selamat jalan Bung Trisno. Sampai jumpa di rumah Bapa. “Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal.” (Yohanes 14:2)Dengan salam doa untuk Bu Evelyn Suleeman dan Gabriel. Semoga tabah dan dikuatkan dalam iman.

Anging Mammiri, Paskah 2024

sumber : FB Zakaria Ngelow

RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments