Taklale.com

Hari ke-2- Kampanye #16HAKTP bersama Lowewini- Kesehatan Mental

Bagikan

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Bagikan

  • Day 2- Kampanye #16HAKTP bersama Lowewini- Kesehatan Mental

Salah satu aspek penting bagi kualitas sumber daya manusia adalah jika ia memiliki kesehatan mental yang baik. Dengan demikian, pertanyaannya apa yang bisa menyebabkan kesehatan mental seseorang terjadi? Tentu ada banyak faktor, menurut saya, salah satu penyebab kesehatan mental terganggu adalah sikap misogini.

Misogini pemikiran yang membenci atau merendahkan seseorang karena ia perempuan dan anak perempuan.

Pelaku misogini tidak hanya laki-laki tetapi juga perempuan. Bentuk kebenciannya itu bisa berbentuk kekerasan fisik, psikis dan verbal yang berpengaruh pada kesehatan mental anak perempuan dan perempuan.

Ada keluarga yang membuat program kehamilan terus menerus agar bisa mendapat anak laki-laki saja. “Bapa bantu doa supaya katong bisa dapat ana nyong. ” Ana nona dong ni katong bisa harap apa dari dong?

Pola pikir maskulinitas menjadi salah satu akar munculnya misoginis. Dalam keluarga jika ada sejak kecil sudah ditanamkan standar bahwa laki-laki saja yang dapat memimpin, Laki-laki tidak boleh kerja di dapur. Akibatnya jika anak sudah terbiasa bahwa laki-lakilah yang nomor satu dan pemimpin dan sikap kebencian kepada perempuan akan muncul jika posisi perempuan menjadi pemimpin.

Baca Juga  16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan Sejarah Lahirnya Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan

Bahasa yang mengganggu kepemimpinan perempuan misalnya “perempuan tidak tahu diri, perempuan tidak tahu adat, perempuan lupa diri, perempuan tidak tahu posisi. Yang menyedihkan adalah karena kekerasan verbal ini diujarkan oleh sesama perempuan. Karena budaya Patriarkhi, perempuan juga menjadi pelaku kekerasan verbal karena nilai atau standar Patriarkhi telah menghidupi dirinya.

Karena sikap misogini, seseorang bisa membenci dirinya karena perlakuan diskriminasi yang ia alami. Ia mengalahkan dirinya karena terlahir sebagai perempuan. Hal ini tentu sangat berpengaruh pada kesehatan mentalnya. Karena ia selalu dibenci dan disalahkan, ia pun akhirnya selalu membenci dirinya atau menyalahkan dirinya bahkan atas hal yang berada diluar kendali atau kemampuan dirinya. “Oh iya memang mungkin yang orang omong betul, beta yang salah, beta yang bodoh… ” Sikap menyalahkan diri sendiri dan membenci diri sendiri harus dilawan.

Baca Juga  Upaya Pengentasan Kemiskinan Ekstrem Ternodai Kasus Penganiayaan oleh Anak Seorang Pejabat Dirjen Pajak

Kesehatan mental perempuan atau anak perempuan dapat dijaga jika semua orang bisa berperang melawan sikap misogini. Catatan penting bahwa perlawanan kepada misogini tujuannya juga bukan untuk membenci laki-laki tetapi menghancurkan raksasa Patriarkhi yang juga menjadikan laki-laki korban. Karena sudah ada standar bahwa laki-laki harus kuat, tidak boleh menangis. Sehingga jika laki-laki menangis, ia dibilang perempuan. Dan karena ia seperti perempuan, ia tidak pantas memimpin. Ayo lawan pandangan misogini.

(Sumber : Facebook Aryz Lauwing Bara II)

#lusondesendiri #betajuga #ketongsetara #gerakbersama #kesehatanmental

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *