Siaran Pers 1
PERGERAKAN INDONESIA UNTUK SEMUA (PIS) Jakarta, 24 Maret 2022
Taklale.Com-Jakarta, Acara peluncuran Organisasi Pergerakan Indonesia untuk Semua (PIS) pada Rabu, 23 Maret 2022, di The Ballroom, Djakarta Theatre, Jakarta Pusat dilaksanakan dengan meriah. Selain dilangsungkan di Djakarta Teater, peluncuran itu juga disiarkan di channel Youtube Cokro TV. Para deklarator dan tamu undangan yang terdiri dari beragam latar belakang telah hadir dan turut memeriahkan rangkaian acara peluncuran.
PIS adalah gerakan masyarakat bersama untuk memperjuangkan keberagaman, toleransi, kemajuan, dan perlindungan hak asasi manusia di Indonesia. Sejalan dengan cita-cita itu, PIS berupaya untuk mengajak seluruh masyarakat sipil untuk merawat keberagaman tersebut.
Ketua PIS, Ade Armando, menyatakan optimistis untuk memperjuangkan keberagaman, toleransi, kemajuan, dan perlindungan hak asasi manusia di Indonesia di-support banyak orang. Ia optimistis bangsa ini akan baik-baik saja. Meskipun kemudian ia juga menekankan bahwa kondisi baik-baik saja itu tidak berlangsung terus-menerus. Sebab ada banyak ancaman yang akan mengganggunya.
“Tapi kondisi kita tidak sedang baik-baik saja. Kalau kita tidak melakukan sesuatu, kita akan kehilangan semuanya,” kata Ade dengan serius.
Lebih jauh, Ade mengisahkan perjalanan Indonesia yang awalnya diragukan akan mampu bertahan, mengingat begitu majemuknya bangsa ini. Ade merujuk satu tulisan yang berjudul ‘Will Indonesia be Balkanized?’ yang dimuat di Washington Post pada Juni 1998.
Ade juga menegaskan mengenai struktur utama yang membentuk bangsa itu bukan hanya berbentuk fisik, yaitu manusia dan wilayahnya, tapi ada dibentuk juga oleh imajinasi. Dan di sepanjang perjalanan itu, ada juga pertarungan imajinasi masing-masing pihak.
“Sejak awal Indonesia berdiri sudah diganggu oleh pikiran yang mengatakan Indonesia harus punya pengecualian untuk umat Islam,” kata Ade sambil menampilkan Piagam Jakarta di layar besar yang menjadi latar belakangnya. “Untung founding father kita menyatakan tidak.”
Kemudian Ade juga menegaskan perihal kondisi Indonesia di era Orde Baru yang otoriter. Di bawah pemerintahan otoriter itu tidak ada kelompok tertentu yang menekan kelompok yang lain. Namun, ketika era itu jatuh, gelombang demokratisasi meluas, terbukti bangunan kebangsaan yang terlihat baik-baik saja itu menunjukan kondisi yang sebenarnya.
Pada 1998 terjadi penjarahan dan kekerasan terhadap etnis Tionghoa. Selain itu kemudian ada tragedi Ambon, Poso, Cikeusik, dan Sampang. Selain itu masih ada ancaman terorisme yang mengintai siang dan malam.
“Ancaman itu bukan hanya berbentuk fisik, tapi juga berbentuk imajinasi, bahwa Indonesia bukan satu. Ada imajinasi keagamaan yang berbahaya telah berkembang dan menular, karena ia dibiarkan,” jelasnya.
Meskipun begitu, Ade memberikan optimisme. Di Kementerian Agama ada Yaqut Cholil Qoumas yang berpandangan toleran dan mendukung keberagaman. Kebijakan yang diambilnya mencerminkan pandangannya itu. Juga ada Densus 88 kepolisian yang tidak kenal lelah membongkar jaringan kelompok teroris.
Meski demikian, Ade berpesan agar semua orang ikut membantu dan tidak tinggal diam menghadapi ancaman itu. Yang bisa dilakukan di antaranya ikut masuk dalam pertarungan imajinasi. Agar Indonesia yang dikenal sekarang ini tetap ada.
Anggota Dewan Pengawas PIS Harkristuti Harkrisnowo memberikan penekanan pada pentingnya melakukan sesuatu yang bisa dilakukan untuk menghadapi berbagai tantangan yang mengancam bangsa ini.
“Ada badai hoax, kebencian, intoleransi yang dilakukan dengan tanpa merasa bersalah,” kata Guru Besar UI itu dalam pidatonya. Harkristuti berpesan kepada seluruh hadirin, termasuk pemirsa di kanal Youtube Cokro TV agar tidak membiarkan bangsa ini tercerai-berai.
—Siaran Pers—